التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Pengertian Teknologi

Pengertian Teknologi Definisi teknologi dalam konteks sehari-hari Ketika saya berpikir tentang teknologi, saya sering merujuk pada segala sesuatu yang membantu kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih efisien. Teknologi dapat berupa perangkat keras, perangkat lunak, sistem, atau bahkan metodologi yang dirancang untuk menyelesaikan pekerjaan atau memperbaiki cara hidup kita. Dalam konteks sehari-hari, teknologi mencakup beberapa alat yang kita gunakan, dari ponsel pintar yang kita bawa di saku hingga perangkat rumah pintar yang membuat kehidupan di rumah menjadi lebih nyaman. Sejarah singkat perkembangan teknologi Perkembangan teknologi telah melalui berbagai fase yang signifikan. Dari penemuan alat sederhana oleh nenek moyang kita yang digunakan untuk berburu dan bertani, sampai inovasi modern yang melibatkan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT). Sejarah mencatat bagaimana setiap inovasi teknologi, seperti penemuan roda atau mesin cetak, membawa perubahan

Agribisnis Era Revolusi Industri 4.0

Sobat pernah mendengar Revolusi Industri 4.0? Ya, frase yang satu ini sedang sangat hits di kalangan kita dimana saja kapan saja. Tidak berhenti sampai di situ, revolusi industri 4.0 kerap dikaitkan dengan Pertanian 4.0. Lalu, apa sebenarnya makna dari Pertanian 4.0 itu?


Pemanfaatan Teknologi Pertanian 4.0
Sudah tahu arti pertanian 4.0? Pertanian 4.0 ialah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain, dan big data analitik, untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.
Disini akan dibahas 3 buah ruang lingkup pertanian 4.0, apa sajakah itu?
            1. On Farm
On-farming dicirikan dengan pertanian presisi. Hal ini dimulai dari menghasilkan benih unggul berbasis bioinformatics, pengendalian hama terpadu secara cerdas dengan kecerdasan buatan, pemupukan presisi, penggunaan smart tractor, penyemaian benih dengan robot. Plant factory kini juga makin populer. Saat ini, mahasiswa IPB sudah bisa mengidentifikasi penyakit tanaman dengan smartphone.

2. Off Farming
Berbicara mengenai off-farming, tidak hanya berbicara mengenai agroindustri cerdas, namun juga sistem logistik pertanian digital. Teknologi blockchain juga mulai diterapkan untuk menjamin transparansi dan rekam jejak aliran produk pertanian dari hulu hingga hilir sehingga dapat saling mengontrol satu dengan yang lain.Kita akui bahwa pelaku dari hulu berada dalam posisi yang lemah karena informasi yang tidak transparan. Harapan ke depannya, transparansi informasi akan lebih terbuka untuk setiap stakeholder.

3. Pemasaran Digital
Sekarang ini, konsumen sudah mulai melek digital. Konsumen juga sudah memulai membiasakan diri untuk membeli produk pertanian secara online hanya lewat smartphone saja. Tidak hanya membeli produk pertanian melalui smartphone, tetapi melihat asal usul produk juga, sehingga digitalisasi memang adalah suatu keniscayaan.

Kemudian bagaimana pemerintah bersiap menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini? Simak Strategi kementan melalui video dibawah ini : 

Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia menurut LINE Jobs.
1. Sumber Daya Manusia 

Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.

2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. 
Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 

Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. 

Sumber : 


Savitri,A. 2019. Revolusi Industri 4.0 Merubah Tantangan Menjadi Peluang Di Era Disrupsi 4.0. Genesis. Yogyakarta

تعليقات