Pengertian Teknologi Definisi teknologi dalam konteks sehari-hari Ketika saya berpikir tentang teknologi, saya sering merujuk pada segala sesuatu yang membantu kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih efisien. Teknologi dapat berupa perangkat keras, perangkat lunak, sistem, atau bahkan metodologi yang dirancang untuk menyelesaikan pekerjaan atau memperbaiki cara hidup kita. Dalam konteks sehari-hari, teknologi mencakup beberapa alat yang kita gunakan, dari ponsel pintar yang kita bawa di saku hingga perangkat rumah pintar yang membuat kehidupan di rumah menjadi lebih nyaman. Sejarah singkat perkembangan teknologi Perkembangan teknologi telah melalui berbagai fase yang signifikan. Dari penemuan alat sederhana oleh nenek moyang kita yang digunakan untuk berburu dan bertani, sampai inovasi modern yang melibatkan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT). Sejarah mencatat bagaimana setiap inovasi teknologi, seperti penemuan roda atau mesin cetak, membawa perubahan ...
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat dari bagian awal surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal.” Dan di dalam riwayat lain disebutkan, “(sepuluh ayat) dari bagian akhir surat Al-Kahfi.” (Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no. 809, Ahmad V/196 no. 21760, Ibnu Hibban III/366 no. 786, Al-Hakim II/399 no. 3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no. 2344).» وفي رواية ـ من آخر سورة الكهف ـ
Salah satu senjata paling ampuh dalam menghadapi Dajjal adalah hafalan 10 ayat pertama QS Al-Kahfi. Bagaimana bisa? Wallahu a’lam. Namun, bila kita mencoba menghayati ayat-ayat ini, ada beberapa hikmah tentang pengetahuan apa yang harus kita kuasai untuk mengidentifikasi fitnah-fitnah Dajjal di akhir zaman ini.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ
Di ayat pertama ini, Allah memberi perhatian khusus pada karakteristik Al-Quran yang tidak memiliki kebengkokan di dalamnya. Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud kebengkokan di sini adalah pertentangan dan perselisihan. Di ayat ini Allah menegaskan bahwa Al-Quran yang Allah turunkan kepada Rasulullah Muhammad mutlak bersih dari kebengkokan dalam bentuk apapun (‘iwajan menggunakan bentuk ismun nakirah, umum, indefinite, bermakna segala bentuk kebengkokan).
Di akhir zaman ini, kita melihat banyak sekali upaya-upaya orang kafir dan bahkan orang yang mengaku muslim untuk mengekspos “kontradiksi” dalam Al-Quran. Salah satunya bisa dilihat di sini: http://www.1000mistakes.com/. Allah Mahatahu akan hal ini. Oleh karena itu, Dia memerintahkan rasulNya untuk memperingatkan umatnya bahwa upaya-upaya semacam ini hanyalah omong-kosong belaka melalui petunjuk umum sebagaimana yang kita dapat dari hadits di atas.
Selain itu, penyebutan kata ‘iwajan dalam ayat tersebut semestinya juga memantik perhatian kita untuk lebih dalam lagi mempelajari Al-Quran agar kita tidak termakan oleh isu “kontradiksi” Al-Quran yang dilancarkan orang kafir. Setidaknya ketika ada pertanyaan semacam ini, “Mana yang benar, urusan langit yang dibawa para malaikat itu naik kembali ke Allah dalam sehari yang kadarnya sama dengan 1.000 tahun atau 50.000 tahun?” kita masih mampu menjawab dengan tepat tanpa didahului keringat dingin. Bagaimana? Anda mampu?
قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
Biasanya, tahapan pendidikan Qur’ani adalah basyiran (kabar gembira) baru kemudian nadziran (peringatan) sebagaimana dalam QS Al-Baqarah: 119. Namun, di ayat kedua QS Al-Kahfi ini tahapannya terbalik, yundzira baru kemudian yubasysyira. Peringatan lebih diprioritaskan daripada kabar gembira. Selain itu, pada yubasysyira terdapat informasi yang jelas tentang target dan kontennya: targetnya adalah al-mu’minin alladzina ya’malunash shalihat dan kontennya adalah anna lahum ajran hasana. Sementara pada yundzira tidak ada info tentang target. Yang ada hanya info konten, yaitu ba’san syadidan min ladunhu. Jadi, selain prioritas peringatan di akhir zaman ini lebih tinggi, targetnya pun lebih luas karena tidak dibatasi sebagaimana kabar gembira.
Secara tersirat, kita harusnya sadar bahwa ayat ini mengindikasikan betapa rusaknya akhir zaman (ya zaman kita ini) sampai-sampai peringatan dan ancaman harus lebih diutamakan daripada kabar gembira. Kita, yang hidup di akhir zaman ini, semestinya tidak boleh terlalu husnuzhzhan terhadap apapun yang kita peroleh dari mayoritas manusia karena sunnatullah generasi akhir zaman adalah lebih banyak rusaknya daripada baiknya. QS Al-Kahfi: 2 ini adalah rekomendasi bagi kita, generasi akhir zaman, agar senantiasa mempelajari Al-Quran dan lebih banyak mengingat peringatan di dalamnya, baru kemudian kabar gembiranya.
مَّاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا
Nah, kabar gembira di ayat ini cukup sederhana. Beriman DAN beramal shalihlah kamu, maka kamu akan kekal di dalam pembalasan yang baik, yaitu surga. Though it’s more easily said than done, it’s indeed that simple.
Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”.وَيُنذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا
Nah, ini salah satu bagian paling menarik dari fragmen surah ini, menurut saya. Kebanyakan kita cenderung menganggap bahwa ayat ini berbicara tentang orang Nasrani. Hohoho… Jangan terburu-buru. Coba kita perhatikan lagi, adakah disebutkan dalam ayat ini dan ayat-ayat setelahnya secara spesifik bahwa yang berkata, “Allah mengambil seorang anak,” itu hanya kaum Nasrani? Tidak ada! Bahkan, nanti kita akan lihat bahwa ayat ini juga berkenaan dengan orang-orang sebelum kaum Nasrani.
Yang sangat menarik dari ayat ini adalah betapa Allah memberi porsi khusus untuk peringatan kepada orang-orang yang meyakini bahwa Allah mengambil atau mengangkat seorang anak. Ayat ini, yang merupakan bagian dari fragmen surah yang menurut Rasulullah SAW dapat menyelamatkan kita dari fitnah Dajjal, mengindikasikan bahwa di akhir zaman ini terdapat fitnah yang begitu besar dari sistem-sistem keyakinan yang mengajarkan bahwa “Tuhan mengambil anak”.
Kita muslimin Indonesia sangat rentan menganggap bahwa ayat ini berbicara tentang Nasrani. Namun, bila kita perhatikan seluruh kebudayaan musyrik di muka bumi ini, mulai dari paganisme sampai Judeo-Christianity, mulai dari Arab pra-Islam sampai Shinto, semuanya meyakini bahwa Tuhan telah mengambil satu atau beberapa anak! Ayat tadi sesungguhnya sedang mengarahkan perhatian kita kepada satu karakteristik dasar dari seluruh kesyirikan di muka bumi! Tidakkah kita memperhatikan?
Selain itu, jika kita mau look into the big picture, akan kita dapati bahwa seluruh teologi musyrik di dunia ini memiliki satu kerangka yang sama, yaitu trinitas. Kesamaan-kesamaan ini telah diungkapkan pula di ayat berikutnya.
مَّا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Perhatikan, ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang meyakini “Allah telah mengambil seorang anak” sesungguhnya bukan kaum pertama yang berkata demikian. Sebelum mereka, telah ada kaum lain yang meyakini hal serupa. Abaihim di sana tidak letterlijk bermakna bapak-bapak mereka saja, tapi justru lebih luas, yaitu mencakup juga orang-orang sebelum mereka, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Jalalain. Silakan rujuk ke quran.com dan aktifkan opsi “Tafsir الجلالين” di sana.
Baik yang terdahulu maupun terkemudian, semuanya sama-sama buruk, dusta, dan celaka. Dan, karena Rasulullah SAW sudah mengabarkan bahwa hafalan 10 ayat pertama Al-Kahfi dapat melindungi kita dari fitnah Dajjal, maka dapat disimpulkan bahwa semua kaum yang meyakini “Allah telah mengambil anak” pasti punya hubungan dengan Dajjal, baik langsung maupun tidak, baik disadari maupun tidak. Mulai sekarang, perhatikanlah semua sistem keyakinan semacam ini dan lihatlah betapa mereka semua sesungguhnya sedang berjalan menuju satu pusat yang sama: penyambutan datangnya Al-Masih Ad-Dajjal.
Untuk ayat 6 sampai 8-nya, jujur, saya belum menemukan bagaimana kaitan spesifiknya dengan fenomena fitnah Dajjal pada hari ini. Jadi, for the moment, kita langsung loncat ke ayat 9-nya saja, yak. Nggak apa-apa, yak.
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا
Di ayat 9 ini, Allah mengarahkan perhatian kita kepada kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini sendiri dalam QS Al-Kahfi sebenarnya diceritakan sejak ayat 9 ini sampai ayat 26. Namun, mengapa hanya sampai ayat 10 yang Rasulullah sebut dapat menyelamatkan umatnya dari fitnah Dajjal?
Bagi saya, sekali lagi hanya bagi saya pribadi, ini adalah isyarat bahwa ada beberapa karakteristik mendasar dari peristiwa Ashabul Kahfi yang akan dialami juga oleh orang-orang beriman di masa kekuasaan Dajjal atas umat manusia. Karakteristik yang saya maksud adalah sebagai berikut:
- Ashabul Kahfi adalah para pemuda yang beriman kepada Allah semata di saat mayoritas penduduk negeri dan penguasa mereka menganut paganisme. Produk turunan paganisme hari ini adalah demokrasi dan agama Kristen (akar hari raya Natal disinyalir adalah hari lahir Mitras, sesembahan salah satu sekte pagan Romawi; akar hari raya Paskah/Easter disinyalir adalah pemujaan terhadap Ishtar dari Babilonia, atau Astarte dari Yunani, atau Ashtoreth dari Yahudi).
- Ashabul Kahfi tidak mampu melawan penguasa dengan tangan dan lisan. Mereka hanya mampu melawan dengan hati yang resisten. (Sekarang, siapa yang bisa menentang kebijakan uang kertas, sistem pemerintahan parlementer, pengambilan hukum dari sumber selain Al-Quran, dan legalisasi zina?)
- Ashabul Kahfi tidak dimenangkan dalam peperangan. Mereka hanya diselamatkan oleh Allah dari rencana penangkapan yang disusun Kaisar Trajan. (Saat ini pun kita tidak bisa berharap menang dari mayoritas paganis yang menguasai dunia. Kita hanya bisa berharap Allah menolong kita mempertahankan iman tauhid kepadaNya semata.)
- Ashabul Kahfi melarikan diri dan bersembunyi di gua. (Mungkin ini cara paling efektif untuk menghadapi Dajjal sistemik hari ini? Yah, kita nggak usah segitu banget juga. Maksudnya, kita “mengurung diri” di komunitas yang terpisah sama sekali dari segala hiruk-pikuk fitnah zaman ini sambil terus membangun kemandirian hidup dan kedekatan dengan Allah di komunitas ini.)
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
Nah, ayat 10 cuma sampai sini. Cuma sampai momen ketika Ashabul Kahfi berlindung ke dalam gua dan berdoa seperti di atas. Bagi saya, ini adalah indikasi bahwa karakteristik fitnah yang kita hadapi di akhir zaman ini sangat mirip dengan karakteristik fitnah di zaman Ashabul Kahfi, TAPI mukjizatnya tidak. Kita tidak akan tertidur selama 300 tahun Masehi dan tiba-tiba bangun di zaman Imam Mahdi, Ratu Agung, Satrio Piningit, atau bahkan Kerajaan Tuhan 1000 tahun. Tidak. Fitnahnya mungkin mirip, malah justru lebih parah, tapi kali ini kita akan menghadapinya secara manusiawi, bukan dengan bantuan mukjizat, setidaknya sampai Nabi Isa atau Yesus putra Maryam turun ke bumi.
Oleh karena itu, selagi menunggu mukjizat, yang bisa kita lakukan hanyalah memperkuat keimanan kita sekuat mungkin, berlindung dari segala fitnah zaman ini, sambil terus memohon kepada Allah, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
تعليقات
إرسال تعليق